Nanggroe Aceh - Belum lama ini sejumlah pelaku
seni yang berada di kota Meulaboh menggelar fragmen (drama) di Pantai Ujong Kalak Meulaboh untuk mengenang 114 tahun
meninggalnya Teuku Umar. Kisah heroiknya dan kisah kontroversialnya akan selalu
dikenang oleh anak cucu Aceh hingga sampai kapanpun. Ia bersama dengan istri
tercintanya Cut Nyak Dhien kini diabadikan menjadi pahlawan nasional dan
menjadi simbol kebanggaan dan marwah masyarakat Aceh. Kisah perjuangan Teuku
Umar juga sempat dimainkan di film Cut Nyak Dhien yang meraih penghargaan di
Festival Film di Perancis. Walaupun demikian kisah perjuangannya harus bisa
menjadi semangat juang masyarakat Aceh terutama generasi muda Aceh dalam memperjuangkan
harkat dan martabat bangsanya.
Fragmen atau drama yang dimainkan
di alam terbuka di pesisir pantai ini mendapat apresiasi dari
masyarakat Aceh yang begitu serius dan bersemangat dalam menyaksikan seluruh
adegan yang dimainkan. Ketika adegan gugurnya Teuku Umar tampak penonton merasa
terharu dan tanpa terasa meneteskan air mata. Ketika Teuku Umar gugur ia
berpesan kepada seluruh masyarakat Aceh:”Syahid atau Mati”. Itu yang kemudian
menjadi semangat masyarakat Aceh untuk terus mempertahankan Aceh ini dari
segala bentuk penjajahan serta kezaliman yang menimpa Aceh.
Jasad Teuku Umar setelah gugur
langsung dilarikan oleh anak buahnya agar tidak diambil oleh Belanda yang
sangat marah dan dendam terhadap Teuku Umar yang dianggap sebagai penipu dan
pemberontak. Tapi, topi meukheutop yang menjadi simbol khasnya serta pedang
yang menjadi kebanggaannya berhasil dicuri oleh T.R. Panek, Teuku Dek dan Pang Bugeh yang memegang tumpuk kekuasaan di Meulaboh. Mereka rela mengorbankan harkat dan martabat bangsanya demi kekuasaan dan kemewahan duniawi. Semoga kepemimpinan Teuku Umar dan pemimpin-pemimpin Aceh dimasa silam akan menjadi suatu inspirasi bagi pemimpin Aceh sekarang untuk membangun Aceh ini ke arah yang yang lebih baik, bukan malah membuat Aceh menjadi daerah yang bangkrut di atas tanah yang kaya raya. Amin.
T.R Panek,
beserta T.Dek dan PANG.Bugeh, yang memegang kuasaan di Meulaboh..bukan
Panglima laot. - See more at:
http://atjehliterature.blogspot.com/2013/02/fragmen-drama-teuku-umar-di-pantai.html#sthash.zOGwFe0D.dpuf
T.R Panek,
beserta T.Dek dan PANG.Bugeh, yang memegang kuasaan di Meulaboh..bukan
Panglima laot. - See more at:
http://atjehliterature.blogspot.com/2013/02/fragmen-drama-teuku-umar-di-pantai.html#sthash.zOGwFe0D.dpufKisah perjuangan Kontroversial Teuku Umar bisa
Anda baca disini:
Teuku Umar Sosok Pengkhianat Yang Insaf Part I
sumber foto: serambinews.com
+ comments + 2 comments
SALAH BESAR!!!,,...yang mengambil pedang dan topi tengkulok adalah T.R Panek, beserta T.Dek dan PANG.Bugeh, yang memegang kuasaan di Meulaboh..bukan Panglima laot.
"Saya termasuk salah satu pemegang peran di Drama tersebut,.
@Harry spMohon ma`af atas kesalahan ini dan artikel ini telah saya edit. Terimakasih kpd sdr Harry sp ats kritik dan info-nya sehingga Sejarah pun terselamatkan. Semoga karya-karya sdr beserta kwn2 akan tetap menginspirasi generasi muda Aceh.
Post a Comment