Sejarah Aceh - Diantara sekian banyak pahlawan di Nusantara khususnya
di Negeri Serambi Mekkah, Teuku Umar lah sosok yang paling nyeleneh dan sulit
dimengerti baik oleh pejuang Aceh maupun kaphe Belanda. Teuku umar adalah
seorang Uleebalang (pimpinan distrik dengan gelar Teuku) sekaligus seorang
panglima besar yang mempunyai 15 penglima perang dibawah pimpinannya. Pada
tahun 1891 Snouck Hoergronye datang dan
memproklamirkan perang melawan pejuang Aceh dengan gaya baru, yaitu membentuk
pasukan khusus Marsose dan mengadu domba ulama dengan Uleebalang karena
menurutnya semangat perang pejuang Aceh bukan terletak pada Sultan atau Uleebalang
tapi pada ulama. Gaya perang Snouck Hoergronye cukup berhasil, ulama dan Uleebalang
pun bertempur habis-habisan dalam perang Cumbรดk yang terjadi di kawasan Aceh
Pidie dan bahkan Teungku Chik Di Tiro yang seorang ulama dan juga pemimpin
perjuangan gerilya di Aceh syahid ditangan anak buahnya sendiri karena diracun,
dan perang ini juga yang membuat ulama-ulama di Aceh memilih berdiam diri di
dayah-dayah berkutat dengan murid-muridnya serta kitab-kitab kuningnya atau
malah memilih meninggalkan Aceh.
Melihat situasi yang semakin kritis ini tentu saja
Sultan tidak tinggal diam, posisi Teungku Chik Di Tiro digantikan oleh Habib
Samalanga dan putera-putera Teungku Chik Di Tiro namun gagal karena semua dapat
dikalahkan oleh para Uleebalang. Perjuangan masyarakat Aceh menjadi semakin
pupus karena Teuku Umar secara mengejutkan kembali menyerahkan diri kepada
Belanda dengan membawa serta 15 orang panglima bawahannya serta 250 orang
pasukan, sepertinya kali ini penyerahan diri Teuku Umar bukan lagi main-main
seperti yang sebelum-sebelumnya.
Tidak tanggung-tanggung Teuku Umar Segera diangkat
menjadi Panglima Besar Nedherland dengan
gelar Tuanku Johan Pahlawan dan setelah melakukan tugas penumpasan terhadap
perlawanan masyarakat Aceh dan juga setelah melakukan sumpah setia terhadap
kerajaan Belanda. Mengapa tidak, selain Teuku Umar mampu memimpin pasukan
beliau juga fasih berbahasa Belanda dan Inggris. Rumah Teuku Umar pun
direnovasi oleh Belanda yang berada di Lampisang dan setiap hari Teuku Umar
memakai pakaian kebesarannya dengan bintang-bintang emas di dadanya. Tentu saja
hal ini membuat istrinya Cut Nyak Dhien meraung-meraung dan melakukan protes
keras terhadapnya. Cut Nyak Dhien beranggapan bahwa Teuku Umar telah
mengorbankan bangsanya demi kemewahan dan jabatan yang tinggi. Jika pun benar
seperti yang sejarah katakan bahwa Teuku Umar membelot ke pihak Belanda karena
berpura-pura dan ingin memperoleh informasi dan perlengkapan perang yang besar,
mengapa reaksi Cut Nyak Dhien yang selaku istrinya dan juga seorang pemimpin
perjuangan Aceh bereaksi begitu keras? Tentu saja Cut Nyak Dhien melihat ada
ambisi terselubung dalam diri suaminya.
Menarik bukan? Silahkan baca kelanjutannya di TeukuUmar Sosok Pengkhianat Yang Insaf Part II
Post a Comment