Lagu Cinta Dari Tanah Gayo
*Kepada Nour Zainura
Di teduh Laut Tawar
Kulayari cinta padamu
Lihatlah depik menari
Menembang syair masa depan
Mereka benci pada tamannya
Karena ludah-ludah si buta rasa
Kusaksikan rembulan malu-malu
Mencium pucuk-pucuk pinus
Lalu turun ke lembah, bukan ke
ketiakku
Bukan pula ke putih hatimu
Mawarku, mawar dari pesisir
Dikau pun dapat tumbuh disini
Ditelapak kaki Takengon
Simak lagi depik bersyair:
Dan benih cintapun akan subur
Dalam sejuta lukisan rindu
Di sini, di Tanah Gayo.
Takengon, 1 Juni 1991
Melintas Lamnyong
Angin kuala Aceh menderu perlahan
Melewati pucuk-pucuk bakau
Membangunkan debu-debu yang lama
tertidur
Angin lembah Seulawah Agam
Meloncat-loncat dari desa ke desa
Membiakkan diri pada tubuh-tubuh
rumput
Di pematang-pematang sawah
Lambaro
Lalu bergerak pelan
Menyaksikan Lamnyong yang
dikabarkan
Bakal ditabalkan jadi permaisuri
Ahai, Lamnyong kekasihku
Bersabarlah bila engkau sedang
dibedaki
Dan tak perlu menyesali pamanmu
Yang kemari digigit anjing gila
Sebab kalaupun ia mati
Hanya butuh sejengkal tanah
Lamnyong gadisku
Kutemukan engkau dalam catatan
lelaki
Kini orang-orang seberang laut
telah kuundang
Membangun kolam renang dan taman
untukmu
Lamnyongku, jangan tangisi nasib
semut
Yang mati dibanjiri kencing lembu
Sebab, itu, katanya keseimbangan
hukum alam
Seperti dirumuskan jutaan tahun
silam
Pandanglah wajahku
Berdirilah di pucuk-pucuk nyiur
yang tersisih
Lihatlah kapal-kapal berlabuh di
teluk
Sekali lagi, lupakan harga tanah
kita
Yang belum dibayar, belum
dilunaskan
Malam-malam terus melintas
Di atas tubuhmu yang wangi
Tersenyumlah padaku, adinda
Agar anak kita kelak pandai
tersenyum
Sambil menggendong matahari
O, rinduku selalu melintasmu
Rindu ayahmu Dollah menggendong
cucunya.
Banda Aceh, April 1989
Biografi Penyair:
Mohd. Harun Al Rasyid adalah nama
pena dari Mohd. Harun. Ia lahir di Laweueng Pidie, Aceh, 5 Maret 1966. Aktif
menulis puisi sejak di SMP hingga sekarang. Setelah menyelesaikan studi
Doktoral di Universitas Negeri Malang, ia aktif mengajar di FKIP Univ. Syiah
Kuala, Banda Aceh, di bidang Sastra. Ia tergabung bersama Lapena (Institute for Culture
and Society) dengan
sastrawan-sastrawan Aceh lainnya dan juga bekerjasama dengan
sastrawan-sastrawan dari Negeri Seberang.
*puisi ini disadur dari buku
Nyanyian Manusia, kumpulan puisi Mohd. Harun Al Rasyid, terbit tahun 2006.
Post a Comment