Jangan jadikan COPAS (Copy-Paste) sebagai budaya ! ! !
Pin It

Ciri Khas Syariat Islam Di Aceh Adalah Bernuansa Ke-Acehan

0 comments



Ciri Khas Syariat Islam Di Aceh Adalah Bernuansa Ke-Acehan
Nanggroe Aceh - Aceh terkenal santun karena syariat Islam nya, orang Aceh terkenal alim karena syariat Islam nya, pahlawan Aceh terkenal gagah berani karena syariat Islam nya, julukan Serambi Mekkah juga karena syariat Islam nya. Seperti halnya rasa takzim murid dayah (santri pesantren) terhadap Teungku atau gurunya. Seperti juga halnya Teungku yang mengajarkan khusus kitab-kitab mazhab Syafi`ie dan melarang keras membaca kitab-kitab mazab lain. Ketegasan ini merupakan bentuk pemurnian aqidah supaya tidak tercampur aduk atau malah menjadi kacau. Makanya syariat Islam di Aceh hanya berpedoman pada satu mazhab saja yaitu mazha syafi`i, meskipun sekarang ada beberapa kelompok masyaraat yang belajar mazhab-mazhab imam mazhab lainnya dan mengamalkannya. Hal ini tentu tidak menjadi masalah sejauh masyarakat Aceh tidak mengenal mazhab-mazhab yang sesat.

Masyarakat Aceh banyak membantah jika ajaran Syiah pernah masuk ke Aceh padalah dalam kalender Aceh bulan Muharram disebut dengan buleun Asan Usen (bulan Hasan Husein). Suatu kenyataan pula bahwa dalam masyarakat Aceh terdapat pengaruh paham syiah. Bulan Arab Muharram oleh rakyat Aceh dinamakan buleun Asan Usen (bulan Hasan Husen). Selain itu penamaan nama Syah pada ujung nama dari Sultan-Sultan Aceh terahulu juga merupakan adanya indikasi bahwa Syiah pernah berjaya di Aceh. Nama-nama Sultan Aceh dengan ujung Syah.

Ulama-ulama sufi di Aceh juga memperkenalkan ajaran-ajaran tasawuf pada masyarakat Aceh yang diperkenalkan oleh Syekh Abdurrauf As-Singkili atau Syiah Kuala. Untuk masalah tasawuf ini diharuskan terleih dahulu mengikuti tharikat, seperti tharikat Naqsabandiah dan Syattariah. Untuk perealisasikan tasawuf ini diwajibkan ber-khalwat atau khaluet dalam bahasa Aceh yang mempunyai makna: menyendiri untuk mendekatkan diri pada Allah. Khaluet ini dilaksanakan di dalam bilik-bilik kecil di Dayah dan per biliknya hanya berisi satu orang yang ber-khaluet, juga dilaksanakan di bulan Syakban selama empat puluh hari dan berakhir dimalam Idul Fitri. 

Di aceh pada abad ke XIX juga berkembang pula tharikat Saleek Buta. Tahrikat Saleek adalah pelintas di jalan yang benar menuju puncak tertinggi. Dalam ungkapan Aceh populer secara khusus menggunakan eleumee (pelajaran saleek). Ajaran tharikat saleek di Pidie dipopulerkan oleh Teungku Teureubue, yang diikuti oleh ratusan orang, baik laki-laki maupun perempuan, di Aceh barat ajaran saleek seperti ni dikembangkan di Seunangan oleh seseorang yang terkenal dengan nama Habib Seunangan. Oleh fatwa Ulama Pidie, yang menilai bahwa jaran saleek adalah ajaran sesat dan orang yang mengerjakannya menjadi murtad.

Inilah ciri khas syariat Islam di Aceh dengan nuansa ke-Acehan nya, meskipun secara keseluruhan rakyat Aceh penganut agama Islam, namun bukan berarti semua mereka juga taat menjalankan ketentuan-ketentuan syariat Islam. Sebagian di antara mereka sekadar fanatik saja terhadap agama Islam. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah rasa orang Aceh sangat pantang bila seseorang dikatakan ia itu bukan Islam, apalagi bila disebut kaphé (kafir).

Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Nanggroe Aceh - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
DMCA.com