Nanggroe Aceh - Hadih Maja, merupakan sisi budaya Aceh yang fenomenal.
Masyarakat Aceh menemukan jati dirinya dalam hadih maja dan bahkan sebagai
cerminan terhadap prinsip hidup dan sudut pandang orang Aceh. Hadih maja
merupakan suatu puisi lisan atau suatu karya sastra yang tujuannya untuk
menggurui dan memberi peringatan. Hadih maja ini populer dimasyarakat Aceh dari
lisan ke lisan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan disarikan dengan
perjalanan hidup yang panjang dan dibentuk dengan kata-kata yang indah dan
bersajak agar mudah diingat serta mudah diucapkan oleh anak-cucu orang Aceh
nantinya. Membahas sisi budaya Aceh, tentunya tak pernah lekang dengan nilai
islami. Hadih maja dalam perkembangannya telah menjadi asas dalam tatanan
kehidupan orang Aceh dan menjadi sumber nilai terhadap aqidah, ibadah dan
amaliah.
Berbagai macam suku yang mendiami Aceh tidak mempunyai
pengaruh yang besar dalam hubungan sosial dan budaya, karena hadih maja memang
telah diciptakan untuk membina hubungan harmonis masyarakat Aceh dalam hubungan
kesukuannya. Filosofi hadih maja, telah membuat lini kehidupan masyarakat Aceh
menjadi terarah dan tahu bagaimana mengarahkan jalannya hidup menjadi bijak.
Konflik yang telah lama berkecamuk di Aceh melahirkan
berbagai macam paradigma tentang Aceh dan orang Aceh. Perang memang akrab
dengan rakyat Aceh tapi Aceh bukanlah suku Barbar yang suka berbuat keonaran
dan mencari-cari masalah. Hadih maja menggambarkan bahwa rakyat Aceh selalu
mengutamakan perdamaian dari pada harus berperang demi kepentingan bangsa dan
harga diri: “Surôt lhee langkah, mangat geuturi nyang bijaksana”,
artinya adalah “lebih baik merendah diri supaya mereka tahu siapa yang
bijaksana”.
Prof. Ali Hasjmy (salah seorang Gubernur Aceh dan
cendekiawan Aceh) mengatakan bahwa hadih maja merupakan kata atau kalimat
berhikmat dan hadih maja juga merupakan nasihat atau petuah nenek moyang yang
mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan agama. Hadih maja yang telah mengakar dalam diri orang Aceh
menjadi salah satu penyokong budaya diantara kebanyakan lainnya yang telah
hilang. Rasanya hadih maja telah meng-acehkan kembali orang Aceh, mengembalikan
semua dimensi budaya dan jati diri yang memudar.
Seperti hadih maja berikut ini:”Adat bak Poteu Meureuhôm, hukôm bak Syiah Kuala/ Qanun bak
Putroe Phang, Reusam bak Laksamana”. Sangat nyata hadih maja ini
mendeskripsikan tentang setiap urusan ada pemangkunya masing-masing.
Simbol-simbol yang ditunjukkan pada hadih maja ini menunjukkan kepada setiap
orang bahwa jangan salah dalam mengambil keputusan yang bersangkut paut tentang
hidup. Masalah budaya dan adat istiadat ada yang mengatur, masalah hukum juga
ada yang mengatur, begitu juga dengan urusan keagamaan juga ada yang mengatur.
Semua masalah jangan diselesaikan sendiri tapi selesaikan dengan siapa yang
mengatur tentang masalah itu.
Kesimpulannya adalah hadih maja telah menjadi filsafat
hidup dan prinsip hidup orang Aceh. Dan juga menjadi pedoman serta jalan keluar
dari semua masalah.
Post a Comment