Nanggroe Aceh - Aceh terdiri atas sembilan suku, yaitu Aceh (mayoritas), Tamiang
(Kabupaten Aceh Timur Bagian Timur), Alas (Kabupaten Aceh Tenggara),
Aneuk Jamee (Aceh Selatan), Naeuk Laot, Semeulu dan Sinabang (Kabupaten
Semeulue). Masing-masing suku mempunyai budaya, bahasa dan pola pikir
masing-masing. Bahasa yang umum digunakan adalah Bahasa Aceh. Di dalamnya terdapat
beberapa dialek lokal, seperti Aceh Rayeuk, dialek Pidie dan dialek Aceh
Utara. Sedangkan untuk Bahasa Gayo dikenal dialek Gayo Lut, Gayo Deret
dan Gayo Lues. Di sana hidup adat istiadat Melayu, yang mengatur segala kegiatan dan
tingkah laku warga masyarakat bersendikan hukum syariat Islam.
Penerapan syariat Islam di provinsi ini bukanlah hal yang baru. Jauh
sebelum Republik Indonesia berdiri, tepatnya sejak masa kesultanan,
syariat Islam sudah meresap ke dalam diri masyarakat Aceh. Lebih lanjut kita akan membahas tentang Budaya Aceh, Adat dan Budaya Aceh, serta Budaya Politik Aceh.
Budaya Aceh
Budaya Aceh dalam undang-undang memberikan keleluasaan bagi Aceh untuk mengatur
kehidupan masyarakat sesuai dengan ajaran Islam. Sekalipun begitu,
pemeluk agama lain dijamin untuk beribadah sesuai dengan kenyakinan
masing-masing. Inilah corak sosial budaya masyarakat Aceh, dengan Islam
agama mayoritas di sana tapi provinsi ini pun memiliki keragaman agama. Keanekaragaman seni dan budaya menjadikan provinsi ini mempunyai daya
tarik tersendiri. Dalam seni sastra, provinsi ini memiliki 80 cerita
rakyat yang terdapat dalam Bahasa Aceh, Bahasa Gayo, Aneuk Jame, Tamiang
dan Semelue. Bentuk sastra lainnya adalah puisi yang dikenal dengan
hikayat, dengan salah satu hikayat yang terkenal adalah Perang Sabi
(Perang Sabil).
Seni tari Aceh juga mempunyai keistimewaan dan keunikan tersendiri, dengan ciri-ciri antara lain pada mulanya hanya dilakukan dalam upacara-upacara tertentu yang bersifat ritual bukan tontonan, kombinasinya serasi antara tari, musik dan sastra, ditarikan secara massal dengan arena yang terbatas, pengulangan gerakan monoton dalam pola gerak yang sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang, serta waktu penyajian relatif panjang.
Adat Budaya Aceh adalah antara lain tari-tarian yang ada antara lain Seudati, Saman, Rampak, Rapai, dan Rapai Geleng. Tarian terakhir ini paling terkenal dan merupakan perpaduan antara tari Rapai dan Tari Saman. Dalam bidang seni rupa, Rumoh Aceh merupakan karya arsitektur yang dibakukan sesuai dengan tuntutan budaya waktu itu. Karya seni rupa lain adalah seni ukir yang berciri kaligrafi. Senjata khas Aceh adalah rencong. Pada dasarnya perpaduan kebudayaan antara mengolah besi (metalurgi) dengan seni penempaan dan bentuk. Jenis rencong yang paling terkenal adalah siwah.
Suku bangsa Aceh menyenangi hiasan manik-manik seperti kipas, tudung saji, hiasan baju dan sebagainya. Kemudian seni ukir dengan motif dapat dilihat pada hiasan-hiasan yang terdapat pada tikar, kopiah, pakaian adat, dan sebagainya.
Seni tari Aceh juga mempunyai keistimewaan dan keunikan tersendiri, dengan ciri-ciri antara lain pada mulanya hanya dilakukan dalam upacara-upacara tertentu yang bersifat ritual bukan tontonan, kombinasinya serasi antara tari, musik dan sastra, ditarikan secara massal dengan arena yang terbatas, pengulangan gerakan monoton dalam pola gerak yang sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang, serta waktu penyajian relatif panjang.
Adat Dan Budaya Aceh
Adat Budaya Aceh adalah antara lain tari-tarian yang ada antara lain Seudati, Saman, Rampak, Rapai, dan Rapai Geleng. Tarian terakhir ini paling terkenal dan merupakan perpaduan antara tari Rapai dan Tari Saman. Dalam bidang seni rupa, Rumoh Aceh merupakan karya arsitektur yang dibakukan sesuai dengan tuntutan budaya waktu itu. Karya seni rupa lain adalah seni ukir yang berciri kaligrafi. Senjata khas Aceh adalah rencong. Pada dasarnya perpaduan kebudayaan antara mengolah besi (metalurgi) dengan seni penempaan dan bentuk. Jenis rencong yang paling terkenal adalah siwah.
Suku bangsa Aceh menyenangi hiasan manik-manik seperti kipas, tudung saji, hiasan baju dan sebagainya. Kemudian seni ukir dengan motif dapat dilihat pada hiasan-hiasan yang terdapat pada tikar, kopiah, pakaian adat, dan sebagainya.
Budaya Politik Aceh
Budaya Politik bagi masyarakat Aceh, permasalahan
politik bukanlah perkara yang asing lagi, mereka lebih tertarik
berdiskusi dan bercerita tentang politik daripada bercerita tentang
perkara-perkara yang lain. Warung kopi telah menjadi salah
laboratoriumnya politik di Aceh. Jika kita ingin mengetahui
perkembangan-perkembangan terbaru tentang politik maka duduklah diwarung
kopi, mungkin apa yang kita baca dimedia massa lebih dahulu kita
mendengar berita tersebut diwarung kopi. Cuma yang menjadi pertanyaannya
disini adalah, sebenarnya sejauh mana pemahaman masyarakat Aceh
tentang politik jika ditinjau dari sudut budaya politik yang ada.
Oleh karenanya, budaya politik sangatlah
penting dan menjadi salah satu tolak ukur terhadap perkembangan Aceh
dimasa yang akan datang. Dan sejauh mana perubahan Aceh terjadi pasca
selesainya Pilkada 9 April 2012. Setiap negara maupun daerah yang ada di
dunia ini mempunyai budaya politik masing-masing dengan karakter yang
berbeda-beda, budaya politik yang ada disebuah tempat itu kebiasaanya
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengetahuan dan kondisi daerah
dimana masyarakat itu berada. Budaya dan Adat Istiadat serta Budaya Politik Aceh.
Post a Comment