Nanggroe Aceh - Aceh terkenal santun karena syariat Islam nya, orang
Aceh terkenal alim karena syariat Islam nya, pahlawan Aceh terkenal gagah
berani karena syariat Islam nya, julukan Serambi Mekkah juga karena syariat
Islam nya. Seperti halnya rasa takzim murid dayah (santri pesantren) terhadap
Teungku atau gurunya. Seperti juga halnya Teungku yang mengajarkan khusus
kitab-kitab mazhab Syafi`ie dan melarang keras membaca kitab-kitab mazab lain.
Ketegasan ini merupakan bentuk pemurnian aqidah supaya tidak tercampur aduk
atau malah menjadi kacau. Makanya syariat Islam di Aceh hanya berpedoman pada
satu mazhab saja yaitu mazha syafi`i, meskipun sekarang ada beberapa kelompok
masyaraat yang belajar mazhab-mazhab imam mazhab lainnya dan mengamalkannya.
Hal ini tentu tidak menjadi masalah sejauh masyarakat Aceh tidak mengenal
mazhab-mazhab yang sesat.
Masyarakat Aceh banyak membantah jika ajaran Syiah
pernah masuk ke Aceh padalah dalam kalender Aceh bulan Muharram disebut dengan
buleun Asan Usen (bulan Hasan Husein). Suatu kenyataan pula bahwa dalam
masyarakat Aceh terdapat pengaruh paham syiah. Bulan Arab Muharram oleh rakyat
Aceh dinamakan buleun Asan Usen (bulan Hasan Husen). Selain itu penamaan
nama Syah pada ujung nama dari Sultan-Sultan Aceh terahulu juga merupakan
adanya indikasi bahwa Syiah pernah berjaya di Aceh. Nama-nama Sultan Aceh dengan ujung Syah.
Ulama-ulama sufi di Aceh juga memperkenalkan
ajaran-ajaran tasawuf pada masyarakat Aceh yang diperkenalkan oleh Syekh
Abdurrauf As-Singkili atau Syiah Kuala. Untuk masalah tasawuf ini diharuskan
terleih dahulu mengikuti tharikat, seperti tharikat Naqsabandiah dan
Syattariah. Untuk perealisasikan tasawuf ini diwajibkan ber-khalwat atau
khaluet dalam bahasa Aceh yang mempunyai makna: menyendiri untuk mendekatkan
diri pada Allah. Khaluet ini dilaksanakan di dalam bilik-bilik kecil di Dayah
dan per biliknya hanya berisi satu orang yang ber-khaluet, juga dilaksanakan di
bulan Syakban selama empat puluh hari dan berakhir dimalam Idul Fitri.
Di aceh pada abad ke XIX juga berkembang pula tharikat
Saleek Buta. Tahrikat Saleek adalah pelintas di jalan yang benar menuju puncak
tertinggi. Dalam ungkapan Aceh populer secara khusus menggunakan eleumee
(pelajaran saleek). Ajaran tharikat saleek di Pidie dipopulerkan oleh Teungku
Teureubue, yang diikuti oleh ratusan orang, baik laki-laki maupun perempuan, di
Aceh barat ajaran saleek seperti ni dikembangkan di Seunangan oleh seseorang
yang terkenal dengan nama Habib Seunangan. Oleh fatwa Ulama Pidie, yang menilai
bahwa jaran saleek adalah ajaran sesat dan orang yang mengerjakannya menjadi
murtad.
Inilah ciri khas syariat Islam di Aceh dengan nuansa ke-Acehan nya, meskipun secara keseluruhan rakyat Aceh penganut agama Islam,
namun bukan berarti semua mereka juga taat menjalankan ketentuan-ketentuan
syariat Islam. Sebagian di antara mereka sekadar fanatik saja terhadap agama
Islam. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah rasa orang Aceh sangat pantang
bila seseorang dikatakan ia itu bukan Islam, apalagi bila disebut kaphé
(kafir).
Post a Comment