Jangan jadikan COPAS (Copy-Paste) sebagai budaya ! ! !
Pin It

Budaya Aceh, Mengupas Tradisi Pacuan Kuda Masyarakat Gayo

0 comments

Budaya Aceh, Mengupas Tradisi Pacuan Kuda Masyarakat Gayo
Nanggroe Aceh - Siapa yang tidak tahu Takengon, negeri kopi yang sejuk dan panorama alamnya yang menakjubkan. Setiap tahun di negeri kopi ini diselenggarakan kompetisi pacuan kuda yang telah menjadi tradisi masyarakat Gayo. Seakan pacuan kuda telah menjadi ritual rutin masyarakat Gayo di Aceh Tengah, mereka sangat antusias menyambut perhelatan akbar ini. Tanpa promosi atau aba-aba dari tim penyelenggara, seluruh masyarakat Aceh Tengah sudah memadati arena pacuan kuda di Gelenggang Musara Alun di ibukota Kabupaten Aceh Tengah, walaupun harus duduk beralaskan tanah dan dibawah terik sinar matahari. Acara pacuan kuda ini berlangsung selama seminggu dan selama ini pulalah masyarakat disana libur dari pekerjaan utamanya, seperti membajak sawah, berkebun dan lain sebagainya. Memang kita melihat suatu keanehan akan tetapi bagi mereka acara inilah kesempatan untuk berlibur dan menikmati liburan bersama keluarga. Sebenarnya kuda yang dipacu dalam kompetisi ini bukanlah kuda pacu akan tetapi kuda pembajak sawah, unik bukan? Event ini juga memperebutkan hadiah jutaan rupiah dan juga piala bergilir dari pemerintah Aceh Tengah. Mengupas tradisi pacuan kuda masyarakat Gayo.

Budaya Aceh, Mengupas Tradisi Pacuan Kuda Masyarakat Gayo

Event ini telah mendapatkan perhatian dari pemerintah Aceh dalam mengalokasikan anggaran untuk kompetisi ini. Event ini juga diselenggarakan ketika haru ulang tahun kota Takengon dan pada peringatan tujuh belas Agustus atau HUT RI. Budaya pacuan kuda ini sebenarnya telah dilakukan oleh leluhur masyarakat Gayo, biasanya dulu mereka melaksanakan acara ini setelah panen padi. Lintasan pacunya pun tidak diatur secara jelas hanya mentukan garis finish di ujung sungai. Sejak masa penjajahan Belanda, event ini kemudian dikembangkan dan dibuat lintasan pacu yang sebenarnya. Acara pecuan kuda pertama yang selenggarakan oleh pemerintah Belanda adalah ketika memperingati hari ulang tahun ratu Willhelmina dan setelah itu Belanda terus melaksanakan event pacuan kuda setiap acara-acara besar Kerajaan Belanda.

Sekarang pun event pacuan kuda Gayo ini tetap menjadi tradisi masyarakat Gayo dan bagian lain dari Budaya Aceh yang harus tetap dilestarikan. Pacuan kuda ini semakin menarik karena kebanyakan joki-jokinya adalah anak dibawah 18 tahun, meskipun sekarang telah menggunakan pelana dan atribut balapan kuda lainnya. Baca juga mengenai kota wisata Aceh Tengah dan budaya Aceh lainnya DISINI
Share this article :

Post a Comment

 
Copyright © 2013. Nanggroe Aceh - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger
DMCA.com