Nanggroe Aceh - Dalam catatan sejarah Aceh mesjid ini
didirikan tahun 1972 atas prakarsa seorang tokoh masyarakat bernama Muhammad
Ansari akrab disapa Harun Kumis. Lokasi Masjid Raya Pase, tepi Jalan Banda
Aceh-Medan, Desa Rawang Iteik, Pantonlabu. Pantonlabu
ialah Ibukota Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara. Kecamatan Tanah
Jambo Aye memiliki luas 313,50 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 49.261
jiwa.
Pantonlabu merupakan kota perniagaan dan transit di pintu gerbang Aceh
Utara bagian timur yang berbatasan dengan Aceh Timur. Sebelum
Masjid Raya Pase didirikan, di Pantonlabu telah berdiri sebuah masjid kecil
hasil swadaya masyarakat pada tahun 1950-an. Masjid lama dengan kontruksi semi
permanen diberi nama Al-Jihad, berada di bantaran sungai Krueng Jambo Aye,
berjarak sekitar 50 meter dari Polsek Tanah Jambo Aye saat ini.
Mesjid Raya Pase dalam catatan sejarah Aceh di mulai pada era tahun
1960-an, Harun Kumis bersama sejumlah tokoh masyarakat lainnya berangkat ke
Jakarta menemui Presiden Soekarno. Ia meminta kepada presiden agar di bekas
wilayah Kerajaan Samudra Pasai itu didirikan sebuah masjid yang akan menjadi
kebanggaan masyarakat setempat. Sekaligus lambang sejarah megahnya kejayaan
Kerajaan Islam Pasai.
“Saat awal rancangan pembangunan, denah awal kubah Masjid Raya Pase berbentuk buah labu tanah. Setelah rapat bersama, dilakukan revisi gambar sehingga kubah menyerupai salah satu masjid agung di Arab. Namun secara keseluruhan, arsitektur masjid merupakan gabungan beberapa masjid di Arab,” ujar Syamsuddin Jalil imam Mesjid Raya Pase.
“Saat awal rancangan pembangunan, denah awal kubah Masjid Raya Pase berbentuk buah labu tanah. Setelah rapat bersama, dilakukan revisi gambar sehingga kubah menyerupai salah satu masjid agung di Arab. Namun secara keseluruhan, arsitektur masjid merupakan gabungan beberapa masjid di Arab,” ujar Syamsuddin Jalil imam Mesjid Raya Pase.
Ukiran
kaligrafi Arab di bagian atas dalam masjid bertuliskan Asmaul Husna dan
ayat-ayat Alquran lainnya.
Sejak
didirikan hingga saat ini Masjid Raya Pase juga merupakan pusat Jamaah Al-Jamiatus Samadiyah, dengan perkembangan yang pesat. Telah memiliki 104
cabang tersebar di 70 masjid dan 43 musalla yang ada di Aceh. Setiap malam
Sabtu, masjid ini dipenuhi ribuan jamaah samadiyah untuk melantunkan zikir dan
tahlil.
Perkembangan
jamaah yang pesat menjadi kendala tersendiri. Masjid Raya Pase dinilai tidak
memadai lagi untuk menampung jamaah yang melaksanakan ibadah dan kegiatan
keagamaan lainnya. Meski tahun 1984 telah diperluas bagian samping kiri dan
kanan masjid masing-masing 15x25 meter, bagian depan 14x20 meter dan sebuah
ruang kantor berukuran 3,2x6,8 meter. Perluasan itu menghabiskan biaya Rp70
juta dan selesai tahun 1986.
Lalu tahun
2009, Pemerintah Aceh memberikan dana Rp3 miliar untuk pembangunan lantai
terbuat dari keramik Yunani. Untuk tahun 2013, kata Syamsuddin Jalil,
Pemerintah Aceh melalui Pemda Aceh Utara akan memberikan dana dari APBA Rp180
juta untuk lanjutan pembangunan.
“Untuk
pembangunan menara besar, pintu gerbang, interior dan perluasan halaman
dibutuhkan biaya sekitar Rp30 miliar. Pembangunan masjid itu telah berjalan
sekitar 60 persen untuk bangunan induk,” ujar Syamsuddin Jalil.
Syamsuddin
Jalil berharap Masjid Raya Pase menjadi Landmark Aceh Utara, mengingat letaknya
berada tepat di pintu gerbang Pase (Aceh Utara). Sebelumnya Mesjid Islamic Center yang ada di kota Lhokseumawe juga terbengkalai, padahal dulu pemerintah kota Lhokseumawe berkomitmen untuk menyelesaikan Mesjid itu. Ini merupakan bukti betapa idak pedulinya pemerintah Aceh sekarang dalam bidang keagamaan, apalagi syariat Islam. Mesjid Raya Pase dalam catatan sejarah Aceh.
+ comments + 2 comments
Informasinya bagus gan buat nambah ilmu pengetahuan. semoga masjid ini tetap terjaga selamanya. Terimakasih banyak
@RipkiMakasih juga bwt agan yg tlh berkunjung ke blog yg sederhana ini dan km harap agar tdk bosan2 dgn sgl info yg kami berikan.
Post a Comment